Rabu, 23 Oktober 2013

Tata cara pernikahan adat Jawa



MAKALAH
TATA CARA PERNIKAHAN MENURUT ADAT JAWA DI  DAERAH NGAWI
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH TELAAH PRANATA MASYARAKAT JAWA
YANG DIAMPU OLEH Prasetyo Adi WW, S. S., M. Hum.

DISUSUN OLEH
DWI LESTARI(C0111012)


JURUSAN SASTRA DAERAH
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012

PENDAHULUAN

Telaah pranata masyarakat Jawa yang berhubungan dengan pernikahan membagi prosesi pernikahan menjadi 3 bagian yaitu event (peristiwa) sebelum pernikahan, event (peristiwa) saat pernikahan, dan event (peristiwa) setelah pernikahan. Setiap event terdiri dari serangkaian acara yang dilakukan secara berurutan. Setiap acara tersebut memiliki lambang yang mengandung falsafah hidup yang adi luhung. Serangkaian acara pernikahan tersebut akan dijelaskan secara rinci pada bagian pembahasan.

PEMBAHASAN

1. Tahap sebelum pernikahan.
A. Perjodohan.
Syarat perjodohan ini adalah (1) orangtua menyetujui dan (2) anak menyetujui.Zaman sekarang sudah tidak ada acara nontoni karena pemuda dan pemudi zaman sekarang sudah memperkenalkan calon suami atau calon istrinya nanti kepada orangtua masing-masing dari kedua belah pihak pada masa pacaran.
B. Lamaran.
Lamaran dilakukan apabila sepasang kekasih mendapat restu dari orangtua kedua belah pihak.Acara lamaran ini berbarengan dengan acara tukar cincin.Dengan berlangsungnya acara tukar cincin ini maka melambangkan kedua belah pihak telah serius untuk melangsungkan hubungan ke jenjang pelaminan. Setelah acara lamaran dan tukar cincin  ini selesai orangtua dari kedua belah pihak calon mempelai pria dan wanita berunding untuk menentukan hari baik pernikahan yang ditentukan oleh sang pujangga. Kriteria hari baik untuk melangsungkan pesta pernikahan ini adalah bukan hari geblak (kematian) orangtua kedua mempelai. Pada saat lamaran ini pula calon mempelai pria memberikan klambisapengadeg, alat make up, sandal, dsb.
C. Acara Ngunggahne beras (menyimpan beras).
Orang Jawa apabila hendak mempunyai hajat ada acara nyimpan rezeki (nyimpan beras). Bentuk acaranya adalah dengan diadakan kenduri  (bancakan) di rumah orang yang hendak memiliki hajat dengan mengundang tetangga yang dekat, biasanya orang satu RT.
D. Acara Ngudhukne beras (menurunkan beras).
 Setelah beras disimpan diturunkan lagi sambil mengirim doa kepada para leluhur dengan harapan agar acara pernikahan tersebut dapat berjalan lancar dari awal sampai akhir tidak ada satu halangan apapun dan agar diridhoi oleh Tuhan Yang Mahaesa (Allah SWT). Bentuk acaranya sama dengan acara menyimpan beras tadi yaitu diadakan kenduri di rumah orang yang hendak mempunyai hajat dengan mengundang tetangga terdekat.
E. Sinoman.
Sinoman adalah mengumpulkan pemuda karang taruna oleh orang yang hendak memiliki hajat mantu untuk membantu kelancaran terselenggaranya acara tersebut.Semua acara pernikahan telah diatur oleh panitia tersebut.
F. Pasang Tarub.
Yang dinamakan tarub adalah blarak yang dienam kemudian ditaruh di atas genting, selain itu juga dipasang jejeran  yang pada zaman dahulu  jejeran berupa pisang muda lengkap dengan ontongnya. Dipilih pisang yang masih muda karena melambangkan  kedua mempelai masih muda.
G.Pasang terop.
Terop adalah bangunan nonpermanen yang dipasang di kediaman orang yang hendak memiliki hajat mantu.Fungsi dari terop ini adalah untuk melindungi para tamu undangan dari panas dan hujan.Setelah  dipasang terop  juga dipasang dekorasi pengantin agar tempat resepsi lebih indah dan  enak dipandang mata.
H.Midodareni.
Pada malam hari sebelum akad nikah ada acara midodareni yaitu pengantin wanita mulai dirias antara lain pengantin wanita dipotong sinom’anak rambut’, merapikan alis serta membuat pola rias pengantin, dilulur dan tidak diizinkan ke luar rumah (dipingit).Pada malam midodareni itu juga pihak keluarga pengantin wanita mengadakan acara nebus kembar mayang atau acara wedhak ripih. Acara wedhak ripih ini menceritakan orang tua calon pengantin perempuan yang mencari kembang pancawarna (5 wujud) untuk persyaratan menemukan kedua pengantin.Yang mana kembang tersebut hanya bisa ditemukan di pasar yang bernama Logandhem. Pada malam midodareni ini pula teman, sahabat, pengantin putri dan sanak saudara berkumpul menemani dan menggoda  pengantin putri, sebagai acara perpisahan dengan para remaja, karena sejak malam itu ia telah menjadi widodari yang akan memasuki alam kedewasaan, yaitu alam rumah tangga.

2. Tahap saat pernikahan.
A.      Akad nikah.
Akad nikah adalah proses sakral yang dilakukan untuk menghalalkan pergaulan suami istri. Prosesi akad nikah ini bisa berlangsung di Kantor Urusan Agama (KUA), di masjid atau di rumah calon mempelai wanita. Sebelum akad nikah orang tua pengantin pria memberikan klimah kumpul yang berupa barang-barang sembako dan beraneka ragam jajanan sebagai sarana silaturahim dan tali asih dua keluarga yang hendak berbesanan, calon mempelai pria membayar serakah berwujud uang kepada pak penghulu dan membayar srikawin berupa uang, seperangkat alat sholat,  alquran kepada calon istri (sesuai kemampuan suami).  Yang hadir pada acara akad nikah ini adalah calon mempelai pria, calon mempelai wanita, ayah calon mempelai wanita, penghulu (naib), dua orang saksi. Urutan prosesi akad nikah ini adalah penghulu membacakan khutbah nikah dilanjutkan ijab qabul, suami mengucapkan sighat taklik kepada istri, dan doa pengantin.
B.      Resepsi atau temu nganten.
Resepsi atau temu manten adalah bertemunya kedua mempelai pria dan mampelai wanita dengan dipapag kembar mayang.Kembar mayang merupakan simbol dadi penganten. Kembar mayang berasal dari sejarah nabi Adam dan Siti Hawa pada  saat pertama kali bertemu ditandai dengan grumbul. Grumbul tersebut berupa manuk, uler, kembang yang kemudian pada zaman sekarang oleh para pujangga keraton diubah menjadi kembar mayang yang indah. Temu temanten dengan ditandai kembar mayang ini merupakan tradisi atau budaya Jawa, jadi  belum tentu orang luar Jawa juga menggunakan kembar mayang pada saat temu temanten.

C.      Siratan.
Acara siratan dilakukan sebelum mempelai pria dan wanita dipertemukan.Acara siratan ini dilakukan oleh dua orang putri domas yang ditugasi. Satu domas dari arah depan pengantin laki-laki dan satu domas dari arah depan rumah pengantin perempuan. Dua orang putri domas tersebut membawa piring yang berisi air kemudian dicipratkan, setelah itu kedua piring ditangkupkan, piring yang dibawa oleh putri domas  dari arah  mempelai pria diletakkan di atas, sedangkan piring dari arah mempelai wanita diletakkan di bawah.Makna dari piring pihak pria ditangkupkan di atas adalah bahwa seorang suami kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada seorang istri karena seorang suami sebagai kepala rumah tangga.
D.      Acara lung tinampen.
Setelah acara siratan dilanjutkan dengan acara lung tinampen, yaitu acara pasrahan dari keluarga pihak pengantin pria kepada keluarga pihakpengantin wanita. Kemudian dilanjutkan dengan  bertemunya pengantin pria dan pengantin wanita yang disyariati oleh sang pujangga pengantin.
E.       Midhak endhog.
Setelah sepasang pengantin dipertemukan, dilanjutkan dengan acara midhak endhog (menginjak telur) oleh pengantin pria , yang kemudian dilanjutkan dengan pengantin wanita  membasuh kaki pengantin pria dengan air bunga. Makna filosofi dari acara midhak endhog ini melambangkan kesetiaan istri terhadap suaminya, yang selalu menyambut kedatangan suamI dengan segala kasih sayangnya.Sepasang pengantin kemudian berjalan bergandengan ke singgasana, dengan diapit oleh kedua orang tua mempelai perempuan dengan menggunakan kain berwarna merah putih yang disebut dengan kain sindur, dan kemudian mendudukkan mereka berdua di singgasana. Setelah sepasang pengantin didudukkan di singgasana dilanjutkan acara qiroatul  quran( tata cara pengantin bagi yang beragama islam).
F.       Ngabekten atau Sungkeman.
Dalam acara ngabekten ini kedua mempelai menghaturkan sembah kepada orang tua dan mertua masing-masing, sebagai lambang pernyataan terima kasih mereka atas segala asuhan dan bimbingannya sampai saatnya mereka harus berdiri sendiri, dan juga mohon doa restu agar hidup mereka berdua berbahagia. Acara sungkeman ini juga merupakan lambang bakti mereka kepada kedua orang tua.
G.     Kacar-kucur.
Dalam acara kacar-kucur ini mempelai pria menuangkan beras kuning dan uang yang diletakkan pada sebuah kain kepada pengantin wanita yang kemudian oleh kedua mempelai diserahkan kepada orang tua mempelai wanita. Makna dari acara kacar-kucur ini adalah seorang suami apabila hendak berumah tangga harus memberi gunakaya dahulu kepada istri yang  dititipkan  dahulu kepada orang tua istri.
H.     Dulang-dulangan.
Acara dulang-dulangan kedua mempelai air minumnya berupa rujak degan dan makanannya nasi kuning.Dulang-dulangan ini pada umumnya sebanyak 1 kali atau 3 kali.Acara dulang-dulangan ini merupakan lambang kasih sayang sepasang suami istri.
I.    Mangayu bagya atau tanggap wacana.
Yaitupinangka sulih sarira, tujuannya adalah mewakili orang yang punya hajat untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para tamu undangan yang telah sudi hadir dalam acara tersebut, selain itu pemilik rumah juga menghaturkan maafnya kepada tamu undangan apabila ada banyak keterbatasan sarana prasarana maupun jamuan dalam acara resepsi temanten tersebut.
J. Kirab penganten.
Acara kirab pengantin adalah acara ganti baju pengantin di tengah acara resepsi. Pada saat kirab penganten ini para tamu undangan disuguhi hiburan berupa campursari atau tari gambyong. Setelah sepasang penganten selesai berganti pakaian maka kembali ke singgasana dengan diantar cucuk lampah, patah, manggolo, dan putri domas lengkap.
K.   Walimatul ‘ursy.
Pada acara walimatul ‘ursy ini bapak mubaligh memberikan pesan-pesan pada sepasang penganten agar saling mengasihi dan menyayangi, senantiasa rukun, adem ayem, ayem tentrem dalam menjalani bahtera rumah tangga.
L.   Doa.
Doa merupakan acara terakhir dari serangkaian acara resepsi. Doa merupakan penyempurna dari serangkaian acara-acara sebelumnya. Doa ini dimaksudkan meminta keselamatan bagi keluarga pengantin dan seluruh kaum muslimin (bagi tata cara pernikahan beragama islam).
M. Mbedhol penganten.
Yang dimaksud dengan mbedhol penganten adalah sepasang penganten baru dengan kedua orang tuanya turun ke depan di bawah terop untuk menemui dan  menyalami tamu yang hendak pamit pulang.



3. Tahap setelah pernikahan.

A.  Sepasaran nganten.
Sepasaran nganten dilakukan lima hari setelah acara temu temanten. Biasanya dilakukan bancakan sekul gudhangan dengan mengundang tetangga terdekat. Pada zaman dahulu dalam acara sepasaran nganten ini sepasang penganten baru diberi jeneng tuwa namun di zaman sekarang tradisi tersebut sudah jarang atau hampir tidak ada.
B.   Mbubarne sinoman.
Setelah atau sebelum acara sepasaran nganten atau bisa juga berbarengan dengan acara sepasaran nganten ada acara mbubarne sinoman. Pada acara mbubarne sinoman tersebut orang yang punya hajat mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya  kepada segenap karang taruna atas segala tenaga, waktu, pikiran yang telah disumbangkan demi terselenggaranya acara pernikahan tersebut sehingga acara pernikahan dapat berjalan lancar dari awal sampai akhir.
C.Ngundhuh temanten.
Ngundhuh temanten dilakukan 5 hari setelah acara resepsi. Ngundhuh temanten dilakukan di rumah pihak pengantin pria atau apabila tidak diadakan acara ngundhuh temanten biasanya keluarga besar penganten wanita  berkunjung ke rumah penganten pria untuk bersilaturahim dan mengantarkan anak putrinya yang sudah menjadi istri sekaligus keluarga pengantin pria.



PENUTUP

Demikian pembahasan mengenai telaah pranata masyarakat Jawa yang berhubungan dengan pernikahan. Seiring dengan berkembangnya zaman kebudayaan Jawa yang berhubungan dengan acara pernikahan tersebut banyak yang berubah bahkan banyak yang hilang dari masyarakat Jawa,  misalnya acara nontoni, ngirim congkok, dan siraman. Namun demikian semoga kita dapat mengambil hikmah dari kebiasaan atau adat istiadat masyarakat Jawa pada zaman dahulu yang memiliki ajaran adi luhung tersebut.
FOTO PROSESI PERNIKAHAN
1.        Prosesi Siraman.                                                                 2. Prosesi akad nikah.                                                             

         3.Temu manten (ngidak wiji dadi).                           4.Kacar-kucur.
               5.Mbedhol Penganten.

BIODATA NARASUMBER
Nama lengkap                     :     Harjoyono.
Tanggal lahir                         :     Ngawi, 16 Juli 1945.
Alamat                                    :     Dusun Socokrajan RT/RW 06/02, Desa Soco, Jogorogo, Ngawi.
Profesi                                    :     Petani.
Semboyan hidup                   :         Mencari dan mengatur rumah tangga dengan baik, menyayangi
                                                                anak cucu, menolong sesama.
Kridhaning budi ora bisa nglangkahi garising pepesthi, budine manungsa ora iso nglangkahi takdire sing kuasa.


DAFTAR PUSTAKA

Budiono Herusatoto. Simbolisme Jawa. 2008. Yogyakarta: Ombak.

Sumber yang lain:
Power Point bapak Prasetya Adi Wisnu Wibowo, S. S, M. Hum.
Foto pernikahan menurut adat Jawa dari google.com
















































3 komentar: